SENYUM TUHAN TIDAK DISINI

Sabtu, 29 Mei 2010

Undang-undang kita indah
Keputusan-keputusan yang wah
Peraturan-peraturan mulia
Namun sayang AMNESIA

Negeri yang dikuasai para pelacur
Ngentot dengan freeport
Ngelaharin 75% rakyat papua di bawah garis dimiskinkan
Zina dengan PT Timah
Ribuan anak banjir ke langit menganga
Naikin libido dengan Lapindo
Meraja lumpur di sidoarjo
Penguasa negeri yang ngeri ini
Hamba sex bank dunia
Penyembah setia sholat utang
Alasan manis dari sebuah ketidak majuan
Negara berkembang dengan kemunduran yang termundur

Berselingkuh dengan modal iblis
Selalu melahirkan kebijakan-kebijakan yang tak pernah bijak
Kerna setiap perjanjian setan selalu rakyat yang jadi korban

Negeri yang kaya dengan investasi juta’an tragedi
Udara demokrasi penuh polusi

Mereka yang sering nongol di tipi-tipi di koran-koran
Cuman bisa bohong,kalau jujur dana kampanye-sogokan takkan lunas

Tak usah kau baca lagi data di atas kertas
Bersetubuhlah dengan relitas
sedarah dengan kelas buruh,tani,kaum dimiskinkan,kaum pekerja
kerna ku yakin ukiran mereka salah
kalau yakinku salah
potong kontolku

inilah gayaku inilah karyaku
yang tak bisa menyuburkan kebun kata
puisi jalanan anak kandung penindasan

tak suka kau dengan puisiku?
Lantas,mau kau bakar?
Ku harap jangan,kerna puisiku bukan sampah
Melainkan mesiu,(mari diskusi,laksanakan!!!)
READ MORE - SENYUM TUHAN TIDAK DISINI

Anjing Amerika

Senin, 24 Mei 2010

Anjing-anjing itu berpenampilan rapi berjas mewah dan dasi
Tak pernah panas kehujanan di atas roda yang lebih dari dua
Tersenyum lebar tak pernah dimampiri air mata
Berbeda dengan kita sodara kita
Runges menjrit penuh luka

Anjing-anjing itu ganas beringas memberantas
Terus menggigit telan makan kenyang
Bergerak menghisap berenergi hercules
Bukan seperti kita diam membungkam
Tanpa perlawanan

Anjing-anjing itu mereka
Bukan kita
Tapi kenapa tangan tak terkepalkan
Ketika juta’an bocah dimiskinkan tanpa pendidikan
Kenapa amarah tak sempat datang
Ketika atasnama keindahan gusur para perindu sesuap nasi
Apa sudah tak lagi penting teriakan lawan
Ketika kenaikan hargaharga menurunkan perut

Anjing-anjing itu mereka
Bertuan kejam amerika

Sodaraku mari bersaudara
Mari bersedarah
READ MORE - Anjing Amerika

Di NgeriKu

Selasa, 18 Mei 2010

Penguasa Terdahulu :
saya harus memimpin lagi
kerna masih banyak program mulia saya yang belum sempat di tunai
dan pemerintah hari ini belum mampu menyaingi keberhasilanku

Penguasa Sekarang :
Kepemimpinanku jauh lebih maju daripada pemerintah yang dulu
Dan aku yakin semua masyarakat mencintaiku
Kernanyalah akan terus ku lanjutkan sampai aku mati


Nyang Belum Berkuasa :
Mereka semua pecundang perusak negeri
Negara kita jauh lebih bisa untuk maju tanpa keterpurukan
Kernanyalah aku harus mimpin

tapi ketika terpilih maka sejarah akan terulang lagi
kapan kita membuat sejarah baru???
READ MORE - Di NgeriKu

Ripublik Jongkok

Senin, 17 Mei 2010

Disini pertaruhan nyali dan gengsi
Bendera perang salu berkibar
Juru penjuru temu bertempur
Pantang tantang pasti datang
Stadion Para pejuang

Inilah ripublik aneh
Penguasa di bawah penuh cela
Tertindas di atas bermuka merah
Nyanyian indah pancing amarah
Hanya tongkol-tongkol bermental botol
Santapan lezat para beraja
Puluhan alasan yang dikeluarkan
Juta’an hujatan yang didapatkan

Inilah ripublik jongkok
Tersering ada rakyatnya
Dari awalan hingga akhiran tak dapat kedudukan
Bertahta kaya hina
READ MORE - Ripublik Jongkok

SEMOGA ADALAH NEGERIKU

Senin, 10 Mei 2010

Adalah ini negeriku
Negeri tentram rukun damai
Akar kekerasan telah mati
Tak ada penindasan tak ada korban

Adalah ini negeriku
Negeri rapi bersih suci
Rapi penampilan bersih perbuatan suci hati
Tak ada penipuan tak ada korupsi
Adalah ini negeriku
Negeri maju jaya makmur
Semua rakyat bahagia
Tak ada sedih tak ada duka tak ada air mata

Adalah ini negeriku
Negeri yang orang kuat punya kunci penjara
Negeri yang tak punya alasan untuk menangkap koruptor
Negeri yang penguasanya tuli bisu buta
Adalah ini negeriku
Negeri yang penuh Seolah-olah
Negeri yang penuh Seakan-akan
Negeri yang penuh Semoga-Semoga
READ MORE - SEMOGA ADALAH NEGERIKU

DIAM ADALAH KEBUN KEDUSTAAN

Kebijakan-kebijkanmu bagaikan gunung berapi
Kau letakkan di atas pundak kami
Yang sampai hari ini kau anggap kurcaci
Lemah tak berdaya dan mati

Tapi ingatanmu tanpa nada, sepi
Bahwa kami bisa bersatu dan menjadi raksasa
Yang akan mengangkat menghepaskannya
Tepat di ulu hatimu

Diskusi debat rapatmu bak kembaran kereta api
Berjalan lambat pada satu jalan rel ketidak adilan
Bising gaduh berisik
Memusingkan kepala memecahkan telinga melenyapkan hati

Pikiranmu tak berubah dalam topan anggapan
Bahwa kami krikil-krikil rel, diam membisu
Tapi ingatanmu hilang
Bahwa kami bisa bersatu dan menjadi gunungan batu besar
Yang bisa menghentikan lajumu

Kekuasaanmu printan istana megah di hutan rimba
Yang menebang habis isinya demi keindahan dan kelanggenganmu
Dari ujung kaki sampai ujung rambutmu tak tergoyahkan
Menganggap kami pohon perusak tak berdaya

Kelupaanmu abadi dalam tsunami
Bahwa akar-akar kami telah menyatu dengan tembok kekuasaanmu
Yang kelak akan membesar dan merobohkannya

Sodaraku …….Hari ini kita menonton para pemimpin kita
Beserta antek-anteknya sukses meng-eratkan
Keteguhan luar biasa

Tapi keteguhan dalam perjalanan ke arah yang sesat
Mereka mencoba merebut hati rakyat dengan cara demikian
Tapi terlupakan oleh mereka
Bahwa itulah jalan tercepat mempelancar jalan mereka menuju neraka dunia


Ooiii……… Dimanakah akhir detik ini
Kalau berkuasa ingin rasanya ku tarik kiamat untuk datang lebih awal
Agar mengakhiri semua penderitaan ini
Inilah kemustahilan yang nyata

Biarlah……….biarlah……
Biarlah ku kubiarkan semua amarahku
Bersemayam dalam genangan tuak
Tapi ku tak bisa membiarkan luka rakyat
Menginap dalam rumah puisiku

Ada apa aku ini
Si apa aku ini
Apakah aku pemakan tanah kuburan pertiwi yang belum mati
Apakah aku si dungu pengikut penya’ir-penya’ir gila
Apakah aku jupiter yang tak mampu menampung duka rakyat
Apakah umat muhammad atau apa

Ada apa aku ini
Sudah benarkah ocehan ku ini
Hatiku di pejali dengan harapan semoga aku salah
Tapi harapanku tak ubahnya angin dalam kwaci yang kosong


Malam semakin menjauh Tapi mataku membintang
Tertuju pada sebuah buku tebal
Bersampulkan burung gagah perkasa

Ku buka…ku baca…ku baca…
Sampai akhir halaman kami bertatapan
Hingga bumi mengecil…mengecil…hilang.

Rembulan dan sang surya berlomba lari
Menjauh dan mendekat pada merdunya alunan musik ayam jantan
Yang menggoda kuping hingga aku dan aku...

Terbangun dari tidur yang memang tak lelap
Seakan rombongan matahari menyengat
Membakar hatiku sampai mendidih sangat

Kembali apa yang ku baca sebelum ku matikan mataku teringat
Tentang indahnya undang-undang
Alangkah wahnya keputusan-keputusan
Sungguh mulianya peraturan-peraturan
Elok nian kebijakan-kebijakan

Otakku berputar-putar berlari-lari
Berkeliling-keliling berkejaran-kejaran
Tapi pikiranku diam menggunung

Ini semua untuk siapa???

Apakah untuk mereka yang bediri tegak di pinggiran jalan
Menadahkan tangan sambil berkesenian
Atau untuk para gadis tujuh puluh tahunan
Turun dari gunung, malam jam tigaan
Menukar kayu-kayu kering dengan makan
Atau untuk para buruh sang pembangun yang dirobohkan
Atau untuk para tani sang pemberi makan yang dilaparkan
Atau untuk jutaan anak tak berpendidikan
Atau untuk mereka yang selalu di telanjangi dalam bugil kemiskinan

Atau hanya untuk mereka semua ini
yang asik nongkrong Diatas megahnya kursi
di kelilingi seksinya para bidaduri-bidaduri
tiap detik mencuri nasi

hatiku meruih-ruih dengan satu kata
ini adalah kemungkaran

tapi yang punya Yad semakin mengeruh
yang punya Lisan hanya menyanyikan satu lagu
yang punya Qolb terus membatu

dan aku dan kita semoga cermin tak lagi pecah
READ MORE - DIAM ADALAH KEBUN KEDUSTAAN

judulnya kapan-kafan

Kami bangga berindonesia

Guru bermatabat

Buruh sejahtera

Petani bahagia

Koruptor tobat

Wakil rakyat merakyat

Pelajar ter

Prestasi abadi

Kemajuan kiblat dunia

Marjinal tak di kaum

Miskin musnah

Pemimpin bukan wayang

Hakim tak kebal hukum

Aparat tidak keparat

Merdeka benar merdeka

Kami bangga berindonesia

READ MORE - judulnya kapan-kafan